Pendemi Covid 19 dan Kajian Terbaru Psikologi Positif

Rabu (9/08/2020) seri perdana dalam rangkaian Webinar Series bertajuk Isu Terkini dan Aplikasi Psikologi Positif digelar oleh S2 Psikologi Sains UNY. Tema yang diangkat dalam seri pertama adalah Kajian Terbaru Psikologi Positif. Hadir selaku pembicara Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia Dr. Nurlaila Effendy, M. Si dengan fokus pemaparan terkait tren kajian Psikologi Positif dan aplikasinya.

Dr. Nurlaila Effendy, M. Si mengungkapkan bahwa semula Psikologi Positif dianggap sebagai positive thinking, self development dan atau hanya hal-hal positif dan emosi positif saja, sehingga dapat dikatan bahwa terjadi miskonsepsi mengenai Psikologi Positif. Psikologi pada awalnya berkonsentrasi pada hal-hal meliputi menyembuhkan penyakit mental, keberfungsian dan kebermknaan, dan minat bakat manusia. Sementara pada tahun awal berdirinya Psikologi Positif di tahun 1998 tujuan Psikologi Positif adalah PERMA. Sementara pada tahun 2006 melalui kongres Psikologi Positif menetapkan kembali tujuan Psikologi Positif menjadi flourishing. Flourishing adalah individu yang berkembang sekaligus merasa sejahtera. Kombinasi antara keberfungsian secara penuh sekaligus seorang individu mencapai being. Di Indonesia, belakangan ini masih berfokus pada defisit mindset, sementara kurang berfokus pada strenght dan virtue untuk mencapai potensi manusia yang optimal.

Dunia Psikologi Positif berkembang dimulai sejak penelitian gelombang pertama iaitu penelitian dengan topik being, gelombang kedua meliputi interbeing, dan hari ini berkembang gelombang ketiga iaitu cross culture. Hasil dari kajian World Happiness, Indonesia berada pada peringkat 84 pada tingkat kebahagiaannya. Sementara dari 100 kota terbahagia di dunia, Indonesia tidak memasuki kategori tersebut. Hal ini menandai sejauh mana taraf aplikasi Psikologi Positif di Indonesia. Dr. Nurlaila Effendy, M. Si mendorong agar Psikologi Positif ke depan harus mengarah pada kolaboratif riset sehingga gerakan psikologi dapat memberi efek yang luas baik di dalam kebijakan publik maupun di dunia industri dan pendidikan. Di Colombia, Psikologi Positif sudah sampai pada tingkat kebijakan publik yang didukung oleh pemerintah. Sementara itu, di Uni Emirat Arab dan Spanyol pada tiap unit kementrian sudah menjadikan basis kebahagiaan sebagai pijakan untuk menetapkan kebijakan publik. selain itu, Survei Happines dan Engagment berlangsung di perusahaan-perusahaan.

Tatanan baru dunia dengan adanya covid-19 mengarahkan gerakan Psikologi Positif pada optimalisasi character strenght dan virtue agar membantu manusia dapat beradaptasi dengan perubahan dunia baru. Dalam beradaptasi dengan dunia baru, Psikologi Positif mendorong kita untuk memiliki psychological capital meliputip; efikasi diri, harapan, resiliensi, dan optimisme. Pada dunia kerja, Psikologi Positif mendorong pekerja untuk mencapai meaning. Melalui calling orientation work, pekerja dapat mencapai meaning at work. Dunia baru hari ini menuntut para pekerja memiliki meaning at work. Dr. Nurlaila Effendy, M. Si mengungkapkan Asosiasi Psikologi Positif Indonesia belakangan ini melalui program penganugerahan positive organization award 2019 melakukan sosialisasi dan aplikasi di dunia perusahaan.

Hadir sebagai pembicara selanjutnya, Adi Cilik Pierawan, Ph.D (Dosen Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta) dengan pemaparan tentang kesejahteraan subjektif selama pendemi covid 19. Beliau menyampaikan temuan penelitian tentang kesejahteraan subjektif selama pandemi covid-19 di Inggris. Dijelaskan bahwa kondisi pendemi covid 19 yang mengharuskan interaksi sosial dibatasi dalam skala besar menghasilkan suatu temuan bahwa kesendirian merupakan salah satu faktor negatif untuk kesejahteraan subjektif dengan perempuan sebagai kelompok yang mengalami dampak negatif selama pandemi. Pemerintah perlu memperhatikan faktor ini dengan kebijakan yang lebih pro perempuan. Adi Cilik Pierawan, Ph.D menekankan sebuah desain kebijakan yang lebih mendorong kegiatan pro sosial perlu ditingkatkan. Sementara bagi peneliti direkomendasikan untuk melakukan kolaborasi strategis.

Setelah para pembicara menyampaikan materi, tibalah saatnya sesi diskusi yang dipandu oleh Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si. Sesi diskusi sepertinya tidak disia-siakan oleh para peserta, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh para peserta untuk bertanya secara langsung dengan kedua pemateri. Akhirnya, acara berjalan dengan lancar dan khidmat dengan dinamika diskusi yang sangat menarik dan dihadiri mencapai 300 peserta. Proses berlangsungnya webinar seri pertama dapat diakses melalui kanal youtube S2 Psikologi Sains UNY.

(Samsul Ariski)